sungaibersih2020

Sungaiku Bersih Sungaiku Jernih

2006 – Status

leave a comment »

JUNI 2006

LIMBAH DI SUNGAI CISADANE MELEBIHI AMBANG BATAS

Senin, 12 Juni 2006 20:05 WIB

Limbah industri dan domestik yang dibuang secara langsung ke Sungai Cisadane.

Limbah industri dan domestik yang dibuang secara langsung ke Sungai Cisadane. Senin, 12 Juni 2006 20:05 WIB

Limbah industri dan domestik yang dibuang secara langsung ke Sungai Cisadane. Metrotvnews.com, Tangerang: Yayasan Peduli Lingkungan Hidup (YPLH) menemukan pencemaran air di Sungai Cisadane. Pencemaran tersebut berasal dari limbah industri dan domestik yang dibuang secara langsung ke sungai tersebut. Padahal Sungai Cisadane termasuk sungai kategori kelas satu untuk air minum dan pertanian.

Penelitian YPLH menyebutkan kandungan zat kimia yang berbahaya berupa seng dan senyawa oksigen. Bahan kimia tersebut cukup membahayakan bagi populasi hewan di sepanjang Sungai Cisadane dan masyarakat yang menggunakan air sungai ini. Menurut Direktur Eksekutif YPLH Uyus Setiabakti dari hasil uji kualitas limbah, limbah di Sungai Cisadane mengalami peningkatan melebihi batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Selanjutnya, YPLH juga menemukan sumber pencemaran dari industri yang tidak memiliki atau mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sejauh ini, memang masih banyak perusahaan yang membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa melalui IPAL.

Sementara itu, Wali Kota Tangerang Wahidin Halim meminta KLH dan Pemerintah Provinsi Banten menertibkan industri yang membuang limbah secara langsung ke sungai. “Sungai itu (Cisadane) sudah antar daerah,” katanya. Pemerintah Kota Tangerang sendiri tidak berhak melakukan tindakan terhadap pengusaha tersebut. Sementara untuk pengolahan limbah domestik, Pemkot Tangerang telah menyiapkan bangunan untuk mengolah limbah domestik. Pemkot juga menghimbau masyarakat agar tidak membuang limbah domestik langsung ke sungai karena akan membahayakan mereka sendiri.(**)

Sumber: http://202.158.49.22/berita.asp?id=18457

AGUSTUS 2006

Warga Tangerang Resah, Limbah Industri Cemari Sungai Cisadane

Pelita, (TUS, 1 – AUG – 2006 ; 9)

Tangerang, Pelita–Pencemaran air Sungai Cisadane oleh limbah industri semakin membahayakan air sumur warga. Akibat sumur warga tercemar, belasan perwakilan warga di sejumlah kampung Desa Tanjung Burung Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, ramai ramai ke DPRD Senin (31/7). Paling tidak 13 juru runding warga kepada Komisi D DPRD Kabupaten Tangerang, menyampaikan keluhan mereka selama dua jam. Menurut warga, mereka kesulitan mendapatkan air serta dampak dampak buruk sanitasi lingkungannya lantaran kelangkaan air.

Perwakilan yang menyampaikan aspirasi itu terdiri dari komponen Desa Tanjung Burung, termasuk Sekretaris Desa (Sekdes), Yusuf dan stafnya, Dedy. Di dewan, warga diterima Ketua Komisi D DPRD, H Kurtubi Suud dan anggotanya, antara lain Barhum HS.

Guntur, salah seorang juru bicara mengatakan, pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah di sepanjang alur Sungai Cisadane dirasakan semakin mencemaskan.

‘Tanjung Burung jelas terkena cemaran limbah industri yang mengalir lewat Cisadane. Kerugian pasti berada di pihak kami, masyarakat yang berada di hilir sungai, sedangkan produsen limbahnya di bagian tengah atau hulu sungai tenang-tenang saja seperti tak berdosa,” ungkapnya.

Tingkat pencemaran air Cisadane sudah semakin parah dan meluas seperti rusaknya | area persawahan, meruginya petani tambak, petani palawija, padi dan aroma Cisadane yang bertambah bau serta tidak bisa digunakan untuk keperluan MCK. “Kerugian masyarakat secara langsung , berupa resapan air kali yang membes ke sumur-sumur. Lantas dari mana lagi kami bisa mendapatkan air buat mandi, mencuci atau jamban,” ujar Yusuf, juru bicara warga lainnya.

Karena itu tegas Yusuf, DPRD sudah waktunya menindaklanjuti kesulitan warga akan kebutuhan air bersih dengan langkah konkret. Dewan juga diminta mendorong instansi terkait Pemkab Tangerang untuk segera mengatasi persolan itu sekaligus menindak tegas pelaku pencemaran.

Menanggapi desakan itu, Ketua Komisi D, H. Ach. Kurtubi Suud, berjanji “segera memanggil Dinas Lingkungan Hidup untuk secepatnya mengambil tindakan yang diperlukan.

“Pengaduan warga ini langsung disampaikan dan kami akan meminta penjelasan Dinas Lingkungan terlebih dahulu sebelum instansi ini melakukan penanganan. Dinas tersebut nanti harus menjelaskan dimana sebenarnya lokasi industri yang ditengarai melakukan pencemaran,” katanya.

Sumber: http://rafflesia.wwf.or.id/library/clips/clips_detil.php?id_clips=94

OKTOBER 2006

Biarkan Cisadane Merana, Bencana bagi Tangerang

Suara Pembaruan – 02 Oktober 2006

Sungai Cisadane merupakan salah satu sumber daya alam bagi Tangerang. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga di sana sangat bergantung kepada sungai yang mengalir melalui Kota dan Kabupaten Tangerang.

Air dari Cisadane, hingga kini, menjadi air baku untuk diolah oleh dua perusahaan PDAM yakni Tirta Rahardja milik Pemda Kabupaten Tangerang dan Tirta Benteng milik Pemerintah Kota Tangerang. Setelah diolah, air bersih tersebut tidak hanya untuk masyarakat Tangerang, tapi juga disuplai ke Jakarta. Cisadane juga menjadi sumber air bagi ribuan petani, ratusan perusahaan besar yang beroperasi di Tangerang.

Tetapi sungai yang bersumber di wilayah Bogor, Jawa Barat ini belum terjaga sepenuhnya. Ada di wilayah tertentu, yang merupakan kawasan industri, mencemari Cisadane. Saking tinggi kadar pencemarannya, membuat kualitas air merosot tajam.

Karena PDAM di sana cuma mengandalkan Cisadane, mau tak mau PDAM harus bekerja ekstra keras untuk mengolahnya menjadi air baku. Belum lagi limbah rumah tangga yang makin membuat air Cisadane semakin tidak karuan kualitasnya. Sayangnya para pencemar ini belum ada yang ditindak tegas atau diseret ke meja hijau.

Persoalan krusial muncul jika kemarau tiba. Debitnya merosot tajam dan menyebabkan persediaan bahan baku menjadi berkurang bahkan kritis. Akibatnya suplai air bersih kepada sebagian pelanggan harus digilir. Yang didapat belum tentu air bersih, sebab kadang kali air berwarna keruh dan berbau.

Merosotnya debit Sungai Cisadane, setiap kemarau, karena pendangkalan yang sangat parah. Apalagi sudah puluhan tahun sungai ini tidak pernah dikeruk.

Pemantauan Pembaruan, dasar sungai Cisadane tidak jarang terlihat ke permukaan terutama jika musim kemarau. Bahkan data yang diperoleh, pendangkalan sudah mencapai ketinggian belasan meter di sepanjang badan sungai sejauh 60 kilometer (km).

Pemerintah pusat sendiri merencanakan merevitalisasi Danau Karyan di Lebak untuk bisa menampung aliran sungai ini. Namun apakah mungkin pada musim kemarau air Cisadane lancar mengalir ke danau itu, sebab pendangkalan sungai sudah begitu tinggi.

Menurut Direktur umum PDAM Tirta Benteng, Muharram, 90 persen air yang mengalir di sungai Cisadane terbuang ke laut karena badan sungai tidak bisa lagi menampung aliran air. Bahkan jika air turun satu meter saja, sediment laut sudah terlihat jelas.

Menurut Muharram, level ketinggian terendah sungai sepanjang lima tahun terakhir berada pada posisi memprihatinkan. Biasanya setiap tahun musim kemarau ketinggian minimun 11 meter, tetapi pada tahun ini 10.75 meter.

Pemkot Tangerang sendiri sudah membentuk tim pengkaji air baku sungai Cisadane. Tim ini terdiri dari beberapa instansi terkait di mana PDAM berada di dalamnya. Diharapkan bila sudah terbentuk, pada tahun-tahun mendatang ada kebijakan yang dapat mengatasi masalah krisis air.

Bila kondisi normal, air Cisadane berada pada posisi 12,45 meter di atas permukaan laut (dpl), tetapi pada saat kritis bisa di bawah angka 10 meter. Pada saat ini kebutuhan air masyarakat dipastikan terganggu.

Menurut Kepala Pengendali Sumber Daya Air (PSDA) Cidurian Cisadane, Djoko Suryanto, jika debit merosot bukan hanya berdampak pada petani tidak mendapat air tetapi juga persediaan air bersih PDAM Kota dan Kabupaten Tangerang.

Sungai Cisadane dalam kondisi normal mempunyai debit 60 meter kubik/detik dengan tinggi permukaan 12,45 meter. Namun ketika debit turun pada level 11,3 meter, Sungai Cisadane sudah tidak bisa lagi mengisi saluran irigasi dan mengairi 24 ribu hektar sawah di kota dan Kabupaten Tangerang. Hanya lahan persawahan yang dekat dengan bendungan saja yang masih bisa diairi.

Fluktuasi debit dan tinggi permukaan Cisadane, menurut dia, memang selalu mengalami perubahan yang tidak menentu. Pada akhir Juli lalu, debit dan permukaan sudah masuk ambang kritis dengan penyusutan hingga 20 persen. Namun awal Agustus lalu debit naik hingga 65 meter kubik/detik setelah mendapat kiriman dari Bogor.

Djoko mengungkapkan, dari 60 meter kubik sungai Cisadane, hampir 40 persennya digunakan untuk kebutuhan air bersih masyarakat di Tangerang dan sekitarnya.

Selain pendangkalan, kebutuhan air di Tangerang juga terganggu dengan bocornya sejumlah pintu air di Bendungan Pintu Air Sepuluh. Kerusakan itu sudah berlangsung lama tetapi tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan bendungan tersebut. Tak jarang untuk bisa menahan air digunakan batang pisang. Bahkan kebocoran ini juga menyebabkan sejumlah hewan ternak seperti sapi dan terperangkap dan mati di dalam intake sebagai tempat penampungan air sebelum diolah. [Pembaruan/Dewi Gustiana]

Sumber: http://digilib.ampl.or.id/detail/detail.php?row=4&tp=kliping&ktg=airminum&kode=4044

DESEMBER 2006

Sungai Cisadane Mengandung Zat Berbahaya

Rabu, 06 Desember 2006 | 15:08 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta. Air Sungai Cisadane yang tercemar limbah sampah, mengandung zat kimia berbahaya, seperti Besi, Mangan, dan sebagainya. “Untuk diolah menjadi air bersih, diperlukan proses penyaringan dan penambahan zat kimia tertentu,” kata Jos Tupamahu, Contrac Manager PT Tirta Kencana Cahaya Mandiri (TKCM), di kantornya hari ini.

Menurut dia pemberian zat kimia diperlukan untuk melepaskan zat kimia berbahaya. Meski kadar zat berbahaya dalam air itu cukup tinggi, tapi setelah melalui proses penyaringan dan sterilisasi, air tersebut layak dikonsumsi.

Jos mengatakan kandungan zat kimia itu akibat limbah dan sampah yang dibuang ke sungai, terutama sampah plastik. “Tak jarang, saluran penyaring air mampat gara-gara sampah plastik,” ujar Jos.

TKCM, perusahaan Australia yang mengolah air dari Cisadane menjadi air bersih untuk PDAM TKR (Tirta Kerta Raharja) Kabupaten Tangerang, setiap harinya mampu memprodukis air 800-1.200 liter per detik. Air bersih itu didistribusikan kepada masyarakat Tangerang.

Joniansya

Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2006/12/06/brk,20061206-88998,id.html

Written by airsungaikelassatu2020

November 16, 2008 at 10:28 pm

Leave a comment